Membangun megaproyek skala Meikarta memang tidak mudah bagi
pengembang sekelas Lippo sekalipun.
Proyek-proyek yang terlebih dahulu dikembangkan oleh Lippo Group seperti
Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, Kemang Village, Tanjung Bunga dll., memang
telah berbuah manis. Namun apakah Meikarta ini akan mengikuti jejak
pendahulunya?
1.
Skala proyek dan fasilitas Meikarta
Dengan nilai Rp 278 triliun, Lippo
akan mengembangkan 100 gedung dengan tinggi 35 sd. 45 lantai, yang akan
diperuntukkan sebagai hunian sebanyak 250 ribu unit, perkantoran strata title
dan 10 hotel bintang lima. Lippo juga akan mengembangkan pusat belanja dan area
komersial seluas 150 hektar, lengkap dengan pusat pendidikan, pusat kesehatan,
tempat ibadah dan tempat rekreasi
berkelas dunia. Lippo menjanjikan bahwa township
ini akan menjadi kota paling modern , terindah dengan infrastruktur terlengkap di Asia tenggara.
Dari sisi skala proyek dan
fasilitas, megaproyek ini akan sangat menguntungkan pembeli-pembeli awal.
Dengan proyeksi penyelesaian proyek
sekitar 20 tahun, developer terus akan merilis harga propertinya secara
berkala, dimana harga tersebut hampir dipastikan akan selalu naik.
2.
Lokasi
Meikarta dikelilingi olehbeberapa township dan kota industry seperti
Jababeka, Lippo Cikarang, MM2000, Delta Mas, EJIP, dll. Dengan posisi yang
strategis tersebut, permintaan property di Meikarta akan selalu terjaga dan
cenderung meningkat. Otomatis harga property juga akan mengikuti permintaan
pasar tersebut.
3.
Transportasi
Kawasan Meikarta diproyeksikan akan
terhubung dengan berbagai moda transportasi yang kini dibangun oleh pemerintah,
antara lain future express train railway
(Kereta Api cepat) Jakarta Bandung. Proyek kereta api cepat dengan total biaya
proyek sekitar Rp 70 triliun
tersebut membuat jarak Jakarta-Bandung
hanya akan ditempuh dalam 35 menit saja. Kemungkinan jika kereta api tersebut
transit di Meikarta, maka hanya butuh kurang dari 15 menit jika penghuninya hendak
bepergian dari Meikarta ke Jakarta. Selain itu Meikarta juga menawarkan
fasiltas transportasi lain seperti rencana pembangunan Tol Layang Jakarta –
Cikampek, Patimban Deep Seaport dan
proyek pembangunan bandara Kertajati.
4.
Legalitas Proyek
Perijinan megaproyek Meikarta sampai saat
ini memang masih menjadi kontroversi. Beberapa media memberitakan bahwa Wakil
Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa
Lippo telah memasarkan megaproyeknya tersebut. Deddy Mizwar juga menyatakan
bahwa pihak Lippo belum mengantongi ijin yang diperlukan untuk mengembangkan
kawasan Meikarta tersebut. YLKI melaui situs ylki.or.id juga menghimbau kepada
masyarakat untuk berhati-hati kalau perlu menunda pembelian unit apartemen di
Meikarta sampai jelas status perijinannya.
Pihak Lippo telah menanggapi terkait
tudingan menjual produk secara ilegal
dalam proyek Meikarta. Menurut pihak
Lippo, dalam dunia properti memang dikenal istilah pre-project selling,
dengan kata lain, produk properti dijual sebelum pembangunan. Proyek hunian di
Meikarta sudah dipasarkan meski belum ada acara seremoni groundbreaking karena persoalan
ijin yang belum tuntas tersebut.
Dalam pre-project selling, konsumen memang harus sangat berhati-hati. Walaupun
ada perjanjian secara
tertulis melalui perjanjian pengikatan jual beli (PPJB), namun PPJB tersebut biasanya
dibuat sepihak dan secara baku oleh pengembang. Seringkali, konsumen tidak
dilibatkan dan hanya tinggal tanda tangan saja. Dalam pembelian property dengan
kondisi indent (bangunan dan atau
legalitas belum selesai), sebaiknya konsumen tidak melakukan pembayaran secara
cash / tunai karena jika pengembang tidak dapat menyelesaikan kewajibannya,
maka sangat sulit menarik kembali uang yang terlanjur masuk tersebut. Bekerja
sama dengan pihak Bank melalui KPR diperlukan karena Bank akan membantu mengamankan hak-hak
konsumen terkait penyelesaian property yang
dibelinya. http://rumahkumobilku.blogspot.com/2017/07/karakteristik-kpr-yang-berhubungan.html
Terlepas dari berbagai kontroversi, tentu
merupakan tugas pemerintah untuk memastikan bahwa megaproyek Meikarta dapat memberi
manfaat yang besar untuk segenap masyarakat, tidak hanya menguntungkan
segelintir orang, apalagi hanya menguntungkan pihak pengembang saja. Ditambah
lagi jika pihak Lippo Group memenuhi janjinya untuk menjadikan Meikarta menjadi
kota paling modern , terindah dengan infrastruktur terlengkap di Asia tenggara, tentu jargon ke
Jakarta Aku kan Kembali juga layak disematkan ke Meikarta. Ke Meikarta Aku kan
Kembali, semoga..
0 komentar:
Posting Komentar